Napoleon Bonaparte dikenal sebagai Kaisar Prancis yang sangat berkuasa di abad ke-19. Hampir seluruh daratan Eropa dikuasainya pada waktu itu. Namun setelah kekalahannya di Pertempuran Waterloo, hidupnya berubah total. Dia diasingkan ke sebuah pulau terpencil di Samudra Atlantik.
Hari-hari terakhir hidupnya dihabiskan dengan mendiktekan memoar tentang masa kejayaannya, seakan ingin meninggalkan jejak bagi masa kejayaannya. Bahkan menjelang kematiannya, yang dia ingat adalah bangsa, tentara, serta kisah cintanya – “France, l’armée, tête d’armée, Joséphine..,” adalah perkataan terkahirnya yang sangat terkenal. Sayangnya, semua itu hanya menjadi sekadar kenangan yang terkubur ketika mati.
Seperti Napoleon, tidak terhitung banyaknya orang-orang yang meninggalkan dunia ini dengan harapan yang tidak terwujud. Semua kerja keras yang dilakukan sepanjang hidup terlihat sia-sia. Terbukti, dunia memang fana. Tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang bisa kita pegang erat, semuanya bisa hilang dalam sekejap di waktu hidup kita yang singkat ini.
Namun Alkitab membukakan bahwa ada satu pengharapan yang kokoh di dalam hidup ini. Itulah yang dialami oleh para saksi iman. Bukan karena kejayaan yang mereka raih, melainkan karena iman mereka kepada Tuhan. Salah satu saksi iman itu adalah Yusuf, yang namanya masuk “Hall of Fame,” daftar para tokoh iman yang luar biasa di kitab Ibrani (Ibr. 11:22).
Di akhir hidupnya, Yusuf meyakinkan saudara-saudaranya bahwa Tuhan akan menuntun umat-Nya masuk ke tanah yang dijanjikan. Ketika itu terjadi, Yusuf pun berpesan untuk membawa serta tulang belulangnya ke Kanaan.
Rupanya, kepekaan rohani Yusuf tidak memudar. Walaupun bergelimang harta dan kedudukannya sangat tinggi, hatinya tidak melekat ke Mesir. Kalau mau, dia bisa saja dikuburkan di Mesir dan tubuhnya “diabadikan” seperti raja-raja Mesir – para penguasa Mesir pada masa itu percaya, kematian tidak menguasai mereka. Namun, Yusuf lebih memilih jalan lain dengan dikubur di tanah yang dijanjikan Tuhan. Inilah iman yang sejati. Bukan sekadar percaya pada janji Tuhan, tetapi juga mewujudkannya dalam tindakan nyata.
Bagaimana Yusuf bisa memiliki iman sekuat ini? Melalui kepahitan hidup demi kepahitan hidup yang dideritanya, Yusuf diajar untuk berpaut pada Tuhan saja. Memang tidak ada lagi yang bisa dia andalkan. Namun terbukti hingga masa tuanya, sandaran iman kepada Tuhan tidak pernah gagal.
Ratusan tahun setelah kisah ini, ketika bangsa Israel akhirnya memasuki tanah Kanaan, tulang belulang Yusuf benar-benar dikuburkan di sana (Yos. 24:32). Ini menyatakan bahwa di balik kisah Yusuf, ada kesetiaan Allah yang menopang semuanya, dan itu hanyalah bayangan dari janji Allah yang digenapi melalui Kristus. Jadi, kita yang percaya pada Kristus tidak perlu ragu lagi bahwa Allah akan menggenapi seluruh janji-Nya di Alkitab.
Ingin dikenal sebagai orang seperti apakah kita? Apakah sebagai orang yang hatinya melekat pada dunia yang fana, atau melekat pada hal yang kekal? Seperti Yusuf, kiranya teladan imanlah yang kita tinggalkan. Amin.
REFLEKSI
Allah berjanji untuk menyertai umat-Nya, dan Dia akan menjaga janji-Nya itu (Charles Spurgeon)
REFERENSI AYAT ALKITAB
22 Adapun Yusuf, ia tetap tinggal di Mesir beserta kaum keluarganya; dan Yusuf hidup seratus sepuluh tahun. 23 Jadi Yusuf sempat melihat anak cucu Efraim sampai keturunan yang ketiga; juga anak-anak Makhir, anak Manasye, lahir di pangkuan Yusuf. 24 Berkatalah Yusuf kepada saudara-saudaranya: ”Tidak lama lagi aku akan mati; tentu Allah akan memperhatikan kamu dan membawa kamu keluar dari negeri ini, ke negeri yang telah dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub.” 25 Lalu Yusuf menyuruh anak-anak Israel bersumpah, katanya: ”Tentu Allah akan memperhatikan kamu; pada waktu itu kamu harus membawa tulang-tulangku dari sini.” 26 Kemudian matilah Yusuf, berumur seratus sepuluh tahun. Mayatnya dirempah-rempahi, dan ditaruh dalam peti mati di Mesir. (Kej. 50:22-26)
Karena iman maka Yusuf menjelang matinya memberitakan tentang keluarnya orang-orang Israel dan memberi pesan tentang tulang-belulangnya. (Ibr. 11:22)
Tulang-tulang Yusuf, yang dibawa orang Israel dari Mesir, dikuburkan mereka di Sikhem, di tanah milik yang dibeli Yakub dengan harga seratus kesita dari anak-anak Hemor, bapa Sikhem, dan yang ditentukan bagi bani Yusuf menjadi milik pusaka mereka. (Yos. 24:32)
Sebab Kristus adalah ”ya” bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan ”Amin” untuk memuliakan Allah. (2Kor. 1:20)