Apakah Anda pernah mendengar nama Jim Bakker? Dia adalah seorang penginjil TV yang sangat terkenal di Amerika di era ’70 hingga ’80-an. Namun, pelayanannya runtuh saat dia terjerat skandal keuangan…
Sun Tzu, seorang ahli strategi Tiongkok, pernah berkata, “Kenalilah dirimu dan kenalilah musuhmu.” Nasihat ini berguna juga bagi kita dalam menghadapi Iblis, musuh abadi kita. Maka supaya lebih waspada dengan…
1 Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Tuhan kita Yesus Kristus yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka. 2 Sebab, seseorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan cincin…
8 Lalu datanglah orang Amalek dan berperang melawan orang Israel di Rafidim. 9 Musa berkata kepada Yosua, ”Pilihlah sejumlah orang bagi kita, lalu keluarlah berperang melawan orang Amalek, besok aku…
1 Kita yang kuat wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri. 2 Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi…
Suatu kali, seorang anggota pengurus gereja bertanya kepada saya, apakah lagu berikut ini bisa dijadikan untuk mengiring Perjamuan Kudus? Rupanya, liriknya dirasa kurang pas karena menggambarkan kita sebagai roti dan…
Sudah setahun lebih pandemi Covid-19 terjadi. Fenomena yang paling menonjol dalam dunia Kekristenan, yaitu ibadah online,menyingkapkan banyak hal. Misalnya, ketika ibadah normal, kita tentu terbiasa mempersiapkan diri sebelum pergi ke gereja (termasuk dalam hal berpakaian). Apakah persiapan yang sama juga kita lakukan ketika beribadah secara online? Apakah kita masih merasakan kekudusan Tuhan atau tidak, akan menentukan apa yang kita lakukan selama beribadah online (yang hanya diikuti keluarga inti saja)
Barak (בָרַךְ), yang dalam bahasa Ibraninya berarti "memberkati," ternyata juga digunakan untuk kata yang bermakna "mengutuk" (muncul enam kali dalam Perjanjian Lama: 1 Raj. 21:10, 13; Ayub 1: 5, 11; 2: 5, 9). Mengapa demikian?
Mazmur 77 mewakili orang-orang percaya yang berada dalam bibir jurang keputusasaan, ketika mereka mempertanyakan kasih Tuhan ketika mengalami penderitaan yang berat. Mazmur-mazmur ratapan (jumlahnya sekitar sepertiga dari kitab Mazmur) menunjukkan bahwa Allah tidak menolak umat-Nya ketika mereka menangis dan mempertanyakan kasih-Nya. Itu tidak selalu menunjukkan kelemahan iman.
Kesombongan merupakan awal kehancuran. Inilah yang dialami oleh bangsa Yehuda. Mereka merasa aman karena berkoalisi dengan sekutu-sekutunya dan menyembah allah-allah asing. Akibatnya, mereka mengalami masa yang berat dengan dibuang ke Babel. Hukuman itu diberikan oleh Tuhan untuk menghancurkan kepercayaan diri bangsa Yehuda yang terlalu tinggi dan membuat mereka bertobat (29:11-13). Hidup susah di pembuangan menyadarkan mereka untuk kembali mengandalkan Tuhan, satu-satunya Allah yang berdaulat.
Memang ada penafsiran yang mengaitkan Yoh. 6:53-58 dengan Perjamuan Terakhir Yesus (The Lor's supper). Namun, argumen ini lemah. Perhatikan bahwa Injil-Injil Sinoptik dan Paulus menggunakan istilah tubuh (Yun. soma) ketika menyatakan Perjamuan Terakhir: "Inilah tubuh-Ku" (Mat. 26:26; Mrk. 14:22; Luk. 22:19; 1Kor. 11:24). Tetapi, Yohanes menggunakan istilah daging (Yun. sarx) dalam Yoh. 6:53-58 sehingga menyiratkan bahwa dia tidak sedang mengacu pada Perjamuan Terakhir.
https://open.spotify.com/episode/0DsL3Dsu5sJhgA2Aya3GnZ?si=cMxQOyi_RjOVbpEGuBhuTg Pejamkan mata Anda selama 20-30 detik dan bayangkan apa yang paling Anda sukai dan inginkan dalam hidup Anda? Boleh hal yang muluk-muluk. Sudah? Apa jawaban Anda? Jawaban Anda menyiratkan…
Di tengah himpitan persoalan hidup yang melanda, pengharapan merupakan sebuah kekuatan yang memampukan seseorang untuk tetap bertahan. Ketika seseorang sudah kehilangan pengharapan, maka dia bisa melakukan tindakan yang nekat dan tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Orang-orang Kristen sesungguhnya adalah orang-orang yang memiliki pengharapan yang kuat di dalam jaminan Tuhan (Rm. 15:13). Sayangnya, tidak sedikit orang Kristen yang hidup tanpa pengharapan sehingga kalah oleh keadaan.
Di negara-negara Barat, Jumat Agung (hari ketika Kristus mati di salib) biasa disebut dengan Good Friday. Mengapa peristiwa yang luar biasa keji bisa disebut good (baik)? Karena melalui darah-Nya, orang-orang yang percaya kepada-Nya memperoleh pengampunan dosa (Ef. 1:7). Inilah Kabar Baik tentang kasih Allah. Kabar terpenting yang perlu didengarkan oleh manusia.
https://open.spotify.com/episode/09vzYQP0nOHfIPaSO7dRcg?si=b4d816d48c814ba2 4 Setelah mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan. 5 Lalu…
Tahukah Anda bahwa pekan terakhir dalam kehidupan Tuhan Yesus menempati porsi yang besar dalam kitab-kitab Injil? Narasi tersebut diceritakan dalam Matius 21-28 (33% dari Injil Matius), Markus 11-16 (40% dari Injil Markus), Lukas 19-24 (25% dari Injil Lukas), dan Yohanes 12-21 (50% dari Injil Yohanes). Besarnya porsi narasi hari-hari menjelang penyaliban-Nya ini menyiratkan bahwa hidup-Nya memang dijalani untuk menggenapi kasih Allah dalam menyelamatkan orang-orang berdosa. Sayangnya, kasih Allah yang luar biasa besar ini sering dipandang rendah oleh manusia, seperti apa yang tertulis dalam Yoh. 12:1-8 ini.